Oleh:
Dodi Hamdani
Pagi hari yang tak begitu cerah bersamaan dengan
orang-orang hendak menunaikan aktivitasnya sehari-hari, ada yang pergi ke
kantor, ke sekolah, ke pabrik dan ada juga yang lebih pagi dari itu ialah mereka
para petani yang banyak memberikan andil untuk kelangsungan hidup kita. Ana adalah
seorang anak yang baru menginjak kelas dua SD dengan mata yang baru melek ia
langsung teringat remot TV dan cerita kartun yang tidak pernah ia lewatkan.
Seorang ibu yang begitu sayang pada anaknya tentu
merasa senang kalau melihat anaknya gembira dengan aktivitasnya, tapi tidak
sedikit ibu-ibu yang merasa risih dengan dengan aktivitas anaknya yang tidak
terlalu penting dan hanya membuang-buang waktu saja. Ada pula ibu-ibu yang sama
sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan anaknya.
Melihat penomena di atas kita selaku pendidik maupun
calon pendidik sudah selayaknya ikut andil dalam menemukan solusi bagaimana
menyelamatkan anak bangsa dari pengaruh-pengaruh negatif, salah satunya
penagruh kotak ajaib alias televisi (TV)
yang banyak membius anak-anak kita dari kesadaran mereka seharusnya belajar dan
terus belajar untuk menjadi anak yang berguna bagi ayah ibu, saudara, tetangga,
bangsa dan negara.
Kotak ajaib ya
itulah sebuah kotak yang tidak hanya membius anak-anak kita saja melainkan
orang dewasa sampai nenek-nenekpun mempunyai jadwal sinetron yang digemarinya. Pemaparan
ini bukan berarti menjek-jelekan kotak tersebut karena tidak dapat kita
pungkiri bahwa kotak tersebut ada manfaatnya, dengan kehadirannya ada yang
diuntungkan ada pula yang merasa dirugikan untuk itu coba anda rasakan sendiri perbandingnya
apakah kita banyak diuntungkan atau dirugikan?
Kembali kepada anak-anak kita mau dibawa kemanakan
mereka? mau dijadikan apa mereka? Atau malah kita bertanya mau apa mereka
sebenarnya?. Ingatlah, anak usia ini sedang dalam tahap mengembangkan perilaku
sosial. Ia harus mendapat banyak kesempatan bermain dengan teman-temannya.
Jangan jadikan kotak ajaib sebagai pengganti bentuk bermain. "Nonton TV
itu, kan, cenderung pasif. Tak ada interaksi dua arah. Beda jika ia main dengan
teman-temannya. Ia akan aktif, entah fisiknya, komunikasi, atau sosial. Jadi,
ada timbal-balik, belajar saling memberi," kata seorang psikolog Hera L.
Mikarsa. Ketua Program Profesi pada Fakultas Psikologi UI.
Perlu kita ketahui pula ketika anak barmain, baik itu
sendiri maupun dengan temannya berarti anak sedang belajar dan mengamati alam
sekita dan biasanya ia senang kalau menemuka hal-hal yang baru ditemukan
tatkala sedang barmain, oleh karena itu biarkanlah anak bermain sepuasnya sampai
ia merasa bosan dan menemukan kembali apa yang anak sukai. Ini semua tentunya
harus dalam pengawasan sang orang tua kalau ada banyak waktu untuk mereka,
arahkan dan bimbing untuk menemuka apa yang anak dan kita inginkan supaya
terjadi timbal balik positif antara anak dan ibu.
Kalau setiap anak merasakan bebas berekspresi di masa kecil
biasanya ia akan tumbuh menjadi anak yang kreatif di masa menginjak dewasa, dan
kita berharap setiap anak bangsa tumbuh
0 komentar:
Post a Comment